Beranda | Artikel
Tekun Di Dalam Beribadah
Selasa, 23 Mei 2023

TEKUN DI DALAM IBADAH

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Wa Ba’du.

Sesungguhnya di antara rahmat dan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap hambaNya adalah Allah mempermudah bagi mereka dalam menjalankan ketaatan pada bulan ramadhan ini, Dia menguatkan mereka di dalam menjalankan ketaatan tersebut dan menolong mereka dalam meninggalkan  kemaksiatan dan terjerumus ke dalam syahwat. Oleh karena itulah dorongan dan semangat hati terhadap kebaikan pada bulan ini tidak seperti apa yang terjadi pada bulan-bulan lainnya. Di dalam sebuah hadits disebutkan:

عن أبي هريرة – رضي الله عنه -: أنه – صلى الله عليه وسلم – قال: إذا كان أوَّلُ ليلةٍ من رمضان؛ صُفِّدَتِ الشياطين ومَرَدَةُ الجنِّ، وغُلِّقَت أبوابُ النيران؛ فلم يُفْتَحْ منها بابٌ، وفُتِّحَت أبوابُ الجنة، فلم يُغْلَقْ منها بابٌ، وينادي منادٍ: يا باغيَ الخير أَقْبِلْ، ويا باغيَ الشرِّ أَقْصِرْ، وللهُ عتقاءٌ من النار، وذلك كلَّ ليلةٍ في رمضان

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Pada saat malam pertama bulan Ramadhan tiba maka setan-setan dibelenggu begitu juga jin-jin nakal, serta ditutup rapat pintu-pintu neraka dan tidak ada satu pintupun yang dibuka, selain itu pintu surga dibuka lebar dan tidak ada satu pintupun yang tertutup, lalu penyeru datang memanggil: Wahai orang yang menghendekai kebaikan datanglah dan wahai orang yang menghendaki keburukan tahanlah, Allah juga  beberapa hamba-hamba yang dikehendakiNya agar dia terbebas dari api neraka, dan pembebasan tersebut terjadi pada setiap malam dari bulan ramadhan”.[1]

Sesungguhnya menuntut jiwa di luar bulan puasa untuk menjalankan berbagai macam ibadah yang dilaksanakan pada bulan puasa adalah tuntutan yang sulit, sebab motifasi-motifasi yang mendorong seseorang untuk mengarah kepada hal tersebut tidak ada di dalam bulan-bulan lainnya. Namun perakra ini harus ingatkan karena dua hal:

Pertama : Sebagian orang, setelah keluar dari ramadhan kembali kepada keadaan semula sebelum ramadhan; meninggalkan kewajiban agama dan melakukan perbuatan maksiat.
Sekalipun dosa perbuatan maksiat lebih besar pada bulan ramadhan namun dosa kemaksiatan tidak gugur di luar bulan ramadhan; sebab kewajiban untuk mengerjakan kewajiban dan meninggalkan kemaksiatan masih tetap berlaku.

عن أبي ثعلبة الخُشَنِي – رضي الله عنه -: أن النبي – صلى الله عليه وسلم – قال: إن الله فرض فرائضَ؛ فلا تُضيِّعوها، وحدَّ حدودًا؛ فلا تعتدوها، وحرَّمَ أشياءَ؛ فلا تَقْرَبوها

Dari Abi Tsa’labah Al-Khusyani Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban maka janganlah kalian menyia-nyiakannya dan menentukan batas-batas maka janganlah melampuinya serta mengharamkan beberapa hal maka janganlah mendekatinya”.[2]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. [Ali Imron/3: 102]

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتّٰى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ

Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). [Al-Hijr/15: 99]

Al-Hasan Al-Bashri berakta: Sesungguhnya Allah tidak memberikan batasan bagi amal orang yang beriman kecuali kematian. Isa Alaihissalam berakata:

وَاَوْصٰنِيْ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِ مَا دُمْتُ حَيًّا ۖ

“Dan dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama Aku hidup; [Maryam/19: 31]

عن سفيان بن عبدالله – رضي الله عنه – قال: “قلتُ: يا رسول الله، قُلْ لي في الإسلام قولاً لا أسألُ عنه أحدًا بعدكَ”، قال: قُلْ آمنتُ بالله ثم اسْتَقِم

Dari Supyan bin Abdullah  Radhiyallahu anhu berkata: Aku bertanya keapda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: Wahai Rasulullah: Ajarkanlah kepadaku di dalam ajaran Islam ini suatu kalimat yang tidak aku tanyakan kepada selain dirimu?. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Katakanlah aku beriman kepada Allah dan istiqomahlah”.[3]

Para ulama berkata : Istiqomah adalah konsiten di dalam taat kepada Allah.

Di antara bentuk kemaksiatan adalah tidak lagi mengunjungi rumah Allah (mesjid), meremehkan shalat berjama’ah, tidak lagi kembali membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang padahal pada bulan ramadhan dia aktif membacanya dan tenggelam menonton acara-acara televisi yang menpertontonkan sinetron-sinetron rendahan, nyanyi-nyanyian cabul, foto-foto cabul yang diharamkan. Hanya kepada Allah kita mengadu.

Kedua: Meremehkan ibadah-ibadah sunnah.
Dianjurkan bagi seorang muslim untuk tidak berhenti mengerjakan ibadah-ibadah sunnah di luar bulan ramadhan. Dan Allah telah mensyari’atkan beberapa ibadah puasa, ibadah malam, shadaqah dan perbuatan baik lainnya guna mengisi waktu-waktu sehingga menjadikan seorang hamba tetap berhubungan dengan Tuhannya.

فعن عائشة – رضي الله عنها -: أنَّ النبي – صلى الله عليه وسلم – قال أَحَبُّ الأعمال إلى الله تعالى أَدْوَمُها، وإِنْ قَلَّ

Dari Aisyah Radhiyallahu anha bahwa sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah amal yang berkesinambungan seklipun sedikit”.[4]

Bahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang para shahabatnya  dari memutuskan diri beramal shaleh.

فعن عبدالله بن عمرو بن العاص – رضي الله عنهما -: أن النبي – صلى الله عليه وسلم – قال: يا عبدَ الله، لا تَكُنْ مثل فلان؛ كان يقوم من الليل، فتَرَك قيامَ الليل

Dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti  si fulan, dia bangun malam namun meninggalkan beribadah pada waktu malamnya.[5]

Di antara ibadah nawafil yang disyari’atkan setelah ramadhan adalah puasa enam hari setelah syawwal.

عن أبي أيوب – رضي الله عنه -: أن النبي – صلى الله عليه وسلم – قال: ((مَنْ صام رمضان، ثم أَتْبَعَهُ ستًّا من شوال؛ كان كصيام الدَّهْر

Dari Abi Ayyub Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang berpuasa ramadhan kemudian diikuti dengan enam hari dari bulan syawwal maka dia seakan berpuasa satu tahun.[6]

Di antara puasa yang disunnahkan adalah puasa pada hari Arafah.

عن أبي قَتادَة – رضي الله عنه -: أن النبي – صلى الله عليه وسلم – عندما سُئل عن صيام يوم عرفة قال: يُكَفِّر السَّنَة التي قبلَه، والسَّنَة التي بعده

Dari Abi Qotadah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada saat beliau ditanya tentang puasa pada hari Arofah: Puasa itu menghapuskan dosa-dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya”.[7]

Dianatara puasa yang disunnahkan setelah bulan ramadhan adalah puasa tiga hari pada setiap bulannya.

في حديث أبي هريرة – رضي الله عنه – قال: “أوصاني خليلي رسول الله – صلى الله عليه وسلم – أن أصوم ثلاثةَ أيامٍ من كلِّ شهر، وأن أَرْكَعَ ركعتَي الضُّحى، وأن أُوتِرَ قبل أن أنام

Disebutkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Aku telah diwasiatkan oleh kekasihku, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berpuasa tiga hari pada setiap bulannya, mengerjakan dua rekaat shalat dhuha dan melaksanakan shalat witir sebelum aku tidur”[8]

Di antara puasa yang disunnahkan adalah qiayamullail sepanjang tahun.

فعن أبي هريرة – رضي الله عنه -: أن النبي – صلى الله عليه وسلم – قال: أفضل الصيام بعد رمضان شهرُ الله المحرَّم، وأفضل الصلاة بعد الفريضة صلاةُ الليل

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Puasa yang paling baik setelah ramadhan adalah puasa pada bulan ramadhan, dan sebaik-baik shalat setelah shalat  fardhu adalah shalat malam”.[9]

Di antara hal yang disyari’atkan adalah bershedekah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, Maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati [Al-Baqarah/2: 274]

Banyak lagi amal-amal baik yang disyari’atkan oleh Allah bagi hambaNya secara berkesinambungan, dan hamba ini tidak mengetahui kapankan dia dijemput oleh ajal, dan orang yang berakal adalah orang yang mempersiapkan dirinya untuk menghadap Tuhannya dan tidak diperdaya oleh angan-angan yang kosong. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَّا يَجْزِيْ وَالِدٌ عَنْ وَّلَدِهٖۖ وَلَا مَوْلُوْدٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَّالِدِهٖ شَيْـًٔاۗ اِنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۗ وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللّٰهِ الْغَرُوْرُ

Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah. [Luqman/31: 33]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang kaum yang tenggelam dalam angan-angan yang panjang, sementara amal perbuatan mereka buruk serta lalai dari mengingat Tuhan mereka:

رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْ كَانُوْا مُسْلِمِيْنَ ذَرْهُمْ يَأْكُلُوْا وَيَتَمَتَّعُوْا وَيُلْهِهِمُ الْاَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُوْنَ

Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti  di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), Maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). [Al-Hijr/15: 2-3].

Dunia bukanlah tempat untuk  menetap, maka beruntunglah bagi seorang hamba yang mengetahui harga dunia lalu mengambil dari dunia ini apa-apa yang elbih baik darinya, yaitu dengan memanfaatkan waktu dengan beramal shaleh untuk kepentingan akherat kelak. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا لَهْوٌ وَّلَعِبٌۗ وَاِنَّ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُۘ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ

Dan tiadalah kehidupan dunia Ini melainkan senda gurau dan main-main. dan Sesungguhnya akhirat Itulah yang Sebenarnya kehidupan, kalau mereka Mengetahui. [Al-Ankabut/29: 64]

Dan ketahuilah wahai para hamba Allah bahwa setiap jiwa yang hidup pasti akan menuju kematian. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْر

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia Telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. [Ali Imron/3: 185]

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad dan kepada seluruh keluarga dan shahabatya.

[Disalin dari المواظبة على العبادة   Penulis : Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi,  Penerjemah Muzaffar Sahid Mahsun. Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2009 – 1430]
_______
Footnote
[1] Sunan Tirmidzi: 3/67 no: 682
[2] Hulyatul Aulya’: 9/17
[3] Shahih Muslim: 1/65 no: 38
[4] Shahih Bukhari: 4/184 no: 6464, Muslim: 1/541 no: 783
[5] Shahih Bukhari: 1/350 no: 1121 dan Muslim: 4/1927 no: 2478
[6] Shahih Muslim: 2/822 no: 1164
[7] Shahih Muslim: 2/819 no: 1162
[8] Shahih Muslim: 1/364 no: 1178 dan shahih Muslim: 1/499 no:721
[9] Shahih Muslim: 2/821 no: 1163


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/81716-tekun-di-dalam-beribadah.html